Tari
Gandrung, atau biasa disebut dengan Gandrung Banyuwangi adalah satu tarian
tradisional Indonesia yang berasal dari Kota Banyuwangi Jawa Timur.
Ada banyak
versi mengenai awal kemunculan tari ini. Salah satunya menyebutkan tari ini
muncul setelah kekalahan pahit yang dialami rakyat Blambangan saat melawan
VOC. Tarian Gandrung ini digunakan
sebagai pemersatu rakyat Blambangan yang tercerai berai karena kekalahan. Dan ada juga versi tarian ini berkisah
tentang terpesonanya masyarakat Blambangan kepada Dewi padi, Dewi Sri yang
membawa kesejahteraan bagi rakyat Blambangan. Namun seiring waktu, Tari
Gandrung tak hanya menjadi alat untuk ucap syukur semata pada Dewei Sri, tetapi
juga alat pemersatu masyarakat.
Ada fakta
unik dan menarik dari Tari Gandrung ini. Menurut catatan sejarah, tari gandrung
pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan
dengan instrument musik utama kendang akan tetapi biola juga telah digunakan.
Sekitar tahun 1890 Gandrung laki-laki ini perlahan berkurang dan lama-kelamaan
hilang dari pentas Tari Gandrung Banyuwangi. Dan di tahun 1914 Gandrung
laki-laki baru benar-benar lenyap dan di gantikan para wanita. Kini Tari
Gandrung dipentaskan oleh wanita, gerak gemulai yang meriah dengan pakaian
dominan merah dan emas Tari Gandrung bisa memukau siapapun penontonya. Di masa lalu, Tarian Gandrung bisa dilakukan
semalem suntuk, sebab dalam tari Gandrung Banyuwangi terdapat tiga tahapan
tarian yaitu Jejer, Maju, dan Seblang Subuh. Tapi di masa sekarang pertunjukan
tari Gandrung hanya digelar sekitar 60 menit saja.
Tata busana
penari Gandrung sangat khas dan berbeda dengan tarian bagian Jawa lainnya,
karena masih ada pengaruh dengan Bali yang tampak. Pada bagian kepala penari
dipasangi hiasan seperti mahkota yang disebut omprok terbuat dari kulit kerbau
dan diberi ornament berwarna emas dan merah serta diberi ornament tokoh wayang
Antasena, yaitu putra Bima yang berkepala raksasa namun berbadan ular yang
menutupi seluruh rambut penari Gandrung. Selanjutnya pada mahkota
tersebut diberi ornamen berwarna perak yang berfungsi membuat wajah sang penari
seolah bulat telur, serta ada tambahan ornamen bunga diatasnya yang disebut
cundhuk mentul. Sering kali, bagian omprok ini dipasang hio yang pada
gilirannya memberi kesan magis. Busana untuk tubuh pun terdiri dari baju yang
terbuat dari beludru berwarna hitam, dihias dengan ornament kuning emas, serta
manik-manik mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit dari leher hingga
dada. Penari gandrung juga menggunakan
kain batik dengan bermacam corak. Namun corak batik yang paling banyak dipakai
saat ini, serta menjadi ciri khusus adalah batik dengan corak gajah oling, dan
corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah dengan dasar kain putih yang menjadi
ciri khas Banyuwangi.
Pada
perkembangannya, Tari Gandrung Banyuwangi telah berhasil menggaet wisatawan
asing untuk antusias melihat dan mempelajari kebudayaan Indonesia dan sekaligus
berwisata ke Indonesia. Ini tentu suatu hal yang baik bagi kemajuan banyak
sektor, termasuk bagi perekonomian dan pariwisata warga Banyuwangi. Dan jika
kamu pengen menonton langsung tarian Gandrung datanglah ke Banyuwangi dan
setiap tahunya pemerinta Banyuwangi mengelar acara Tari kolosal Gandrung Sewu. Dan
Tarian Gandrung Sewu juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Indonesia. Festivalnya sendiri ditetapkan sebagai '10 Best Calendar of Event'
(CoE), Pariwisata Indonesia yang dipilih oleh Kementerian Pariwisata.
Komentar
Posting Komentar