Langsung ke konten utama

Lariangi dan Kearifan Wakatobi



Photo by IG @anakdolan

Melihat langsung tarian itu, lariangi, magisnya sungguh terasa. Dua belas gadis menggerakkan tubuh dengan gemulai sambil melantunkan syair-syair. Mereka mengisahkan kapal-kapal yang memasuki Pulau Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, pada masa lalu.
Sebenarnya beberapa pementasan lariangi bisa diunduh melalui situs Youtube‎. Namun, selalu ada yang berbeda di dalam setiap pementasan yang dibawakan dalam bahasa Wolio, bahasa suku Buton, itu. Selain itu, melihat rekaman peristiwa jelas berbeda dengan merasakan sesuatu yang nyata terjadi di depan mata.
Rasa terhanyut tersebut muncul ketika menyaksikan gerakan kaki dan tangan, tata rias wajah dan rambut, serta mendengar suara para gadis itu menyanyi. Ini yang disebut sejarawan dan pembina Asosiasi Tradisi Lisan, Mukhlis PaEni, sebagai tradisi yang terbarukan, selalu aktual dalam setiap pengulangan.

Butuh waktu seharian bagi siswa-siswa SMA 1 Kaledupa ‎itu untuk persiapan menari. Riasannya rumit, terutama bagian rambut. Bentuk segitiga di sisi kanan dan kiri kepala tersebut bukan hiasan tempelan, tetapi dibentuk dari rambut sendiri. Begitu juga dengan bagian poni. Sanggul atau pantau juga tidak mudah membuatnya. Para penari mengenakan busana yang penuh hiasan dan manik-manik, plus berbagai aksesori, seperti gelang berukir, kalung, dan giwang. Semua dandanan itu sesuai dengan arti kata lariangi. Lari berarti ’menghias’ dan angi bermakna ’orang-orang yang berhias untuk menyampaikan sesuatu atau nasihat’.
”Sejak pagi kami make up wajah dan rambut. Lama karena memakai rambut sendiri yang dihias, bukan rambut palsu. Pakaian dan hiasannya juga banyak,”

Lariangi bagi masyarakat Pulau Kaledupa bagai menu wajib dalam jamuan makan malam. Mementaskan lariangi sudah menjadi kebiasaan setiap kali ada hajatan. ”Ada 16 kelurahan di Kecamatan Kaledupa dan setiap kelurahan punya satu kelompok tari lariangi,” jelas Camat Kaledupa Mukhsin.

Diiringi alat musik kendang, gong, dan bonang, para penari memainkan kipas, melirik, merendahkan tubuh, seperti pasang kuda-kuda, sambil terus melantunkan syair. Lagu pertama, ”Iya Malahu”, menceritakan satu cerita di Keraton Buton pada masa silam, tentang kapal-kapal yang masuk ke Kaledupa. Lagu kedua, ”Ritanjo”‎, tentang puji-pujian untuk Pulau Hoga. ”Mari kita sama-sama pelihara isi Pulau Hoga, terumbu kerangnya jangan dibom. Laut itu warisan dunia dari Barata Kaledupa,” begitu isi liriknya.

”Pada zaman dulu, bisa semalaman tarian ini dipentaskan untuk raja. Lagunya bisa sampai 30-an. Isinya macam-macam, ada sejarah, petuah, keindahan alam, perang, permainan, kisah cinta, dan lain-lain. Kalau sekarang, biasanya pentas dua lagu sudah cukup,” tutur Maswar.

Tari persembahan

Lariangi merupakan tradisi lisan yang sudah ada sejak abad ke-17 di Kesultanan Buton, tepatnya di Kaledupa. Sumber lain menyebutkan, tari ini sudah ada sejak abad ke-14 ketika Raja Wakaaka dinobatkan sebagai raja pertama di Kaledupa. Tarian yang telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Nasional pada 2013 ini mulanya adalah tari persembahan untuk menghibur raja yang sedang letih.
Lariangi diwariskan turun-temurun hingga kini. Gerakan menari diajarkan secara lisan dari generasi ke generasi, juga lagunya. Bupati Wakatobi Hugua ‎yakin, tarian ini bisa menjadi warisan dunia tak benda mengingat banyaknya simbol-simbol bermakna di setiap detail riasan dan pakaian, juga pesan-pesan kebaikan dalam syair-syairnya.
Simbol-simbol itu antara lain hiasan yang disebut panto yang di‎letakkan di kepala, menandakan derajat kebangsawanan. Lalu ada bunga konde sebagai lambang pagar beton keraton, kalung dengan bentuk matahari dan bulan sebagai sumber cahaya, dan hiasan naga sebagai lambang penjaga benteng keraton.

”Karena tarian ini berasal dan tumbuh di kepulauan, juga gaya menariknya yang lemah gemulai, saya menyebutnya tarian di atas gelombang,” kata Sekretaris Kabupaten Buton Sudjiton. Kini lariangi makin menyesuaikan dengan zaman. Penonton boleh masuk ke dalam barisan penari dan ikut melenggak-lenggok kendati dengan gerakan asal-asalan. Seperti pada pertunjukan Minggu itu, Sudjiton ikut menari dan setelah itu nyawer, meletakkan uang ke dalam piring yang telah disediakan.
Banyak tradisi di ‎Wakatobi yang sarat dengan nilai. Pasikamba, misalnya, satu prosesi doa agar beruntung dalam mencari ikan. Pasikamba mengajari nelayan untuk akrab dengan alam, membaca alam. Lalu ada issu, tradisi mengatur waktu untuk berlayar.
Beragam tradisi itu dilingkupi satu semangat gau satoto‎, yakni sebuah ideologi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Gau satoto dimaknai sebagai penyatuan kata dan perbuatan, dijabarkan ke dalam lima prinsip nilai, yakni tara (tangguh), turu (sabar), toro (teguh), taba (berani), dan toto (jujur). Ideologi ini mengontrol laku orang Wakatobi (Hadara, Ali, Gau Satoto: Kearifan Lokal Orang Wakatobi, 2014).

Simbol dan kearifan lokal warga di mana pun, mungkin dianggap sebagai mitos. Namun, mitos itu memiliki tujuan kreatif yang mampu melindungi suatu kawasan yang seharusnya dilindungi oleh masyarakat adat. (Susanto, Hary: 1987). Dengan demikian, tradisi-tradisi lisan tersebut berperan penting dalam menjaga lingkungannya.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuda Lumping, Kesenian Unik Dari Tanah Jawa.

Kuda lumping merupakan salah satu kesenian yang berasal dari tanah Jawa. Pergelaran yang terdiri dari 4 fragmen tarian ini terasa menyeramkan bagi sebagian orang, tetapi merupakan salah satu kesenian yang cukup unik di Indonesia. Belum tercatat secara jelas asal-usulnya Kuda lumping dikenal juga dengan nama jaran kepang. Kesenian ini memperagakan sekelompok penari sedang menunggang kuda. Kuda yang digunakan bukanlah kuda asli, melainkan kuda buatan yang dibuat dari anyaman bambu yang disebut kepang. Anyaman ini dibuat sedemikian rupa, dihias dengan aneka kain serta warna, sehingga membentuk seekor kuda. Para penari yang menunggang kuda ini memerankan tokoh  prajurit. Sayangnya, belum ada asal-usul yang jelas mengenai tarian kuda lumping, bahkan kapan pertama kali kuda lumping diperagakan pun tidak tercatat. Pada 2012 yang lalu, Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) saat itu, Bapak Mohammad Nuh mengatakan bahwa hal ini sangat disayangkan. Tidak tercatatnya kuda

Sekilas Tentang Perayaan Hari Kopi Internasional

IG @anakdolan Warga dunia kini memperingati hari kopi internasional setiap tanggal 1 Oktober. Apa itu hari kopi dan untuk apa dirayakan? Pada sebuah pertemuan tanggal 3-7 Maret 2014, Organisasi Kopi Internasional (ICO)  menyepakati untuk menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai hari kopi internasional. Namun perayaan pertamanya baru digelar setahun berikutnya di Milan, Italia. ICO adalah organisasi antar pemerintah yang mengurusi perdagangan kopi dunia. Lembaga ini beranggotakan 77 negara yang berkepentingan terhadap kopi dan puluhan asosiasi pedagang kopi. ICO mewakili 98% negara penghasil kopi dan 83 persen negara konsumen kopi. Dalam keterangan resminya, ICO menyatakan hari kopi internasional merupakan perayaan keragaman, kualitas, dan gairah untuk berbagi kecintaan pada minuman kopi. Perayaan ini juga bentuk dukungan kepada jutaan petani yang mata pencahariannya bergantung pada tanaman aromatik ini. Awal Mula Meski baru diperingati sejak tahun 2015, sejatinya masyarakat d

Uji Nyali di Jembatan Gantung yang Terpanjang di Indonesia

Photo IG @anakdolan Jembatan gantung di atas tajuk pepohonan (canopy trail) hutan tropis yang digadang-gadang terpanjang di Indonesia terdapat di Sukabumi, Jawa Barat. Tepatnya di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Resort Situgunung, Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit. Jembatan berkontruksi besi dan tapakan kayu itu dibangun sepanjang 240 meter dengan lebar 2 meter. Serta ketinggian dari permukaan tanah paling tinggi sekitar 146 meter. . Namanya jembatan Situ Gunung. Banyak Traveler mengunggahnya di media sosial, sehingga mengundang penasaran banyak orang. Dan Jembatan gantung ini merupakan akses untuk menuju Curug Sawer, salah satu curug yang ada di kawasan wisata Taman Nasional Situ Gunung. Akses menuju curug harus ditempuh dengan berjalan kaki melalui kawasan hutan di taman nasional ini dengan jarak tempuh sekitar kurang 1 jam. Untuk melewati jembatan ini kamu hanya perlu membeli tiket sebesar Rp 35.000, sudah termasuk tiket masuk kaw