![]() | |
@anakdolan |
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki lebih dari 17.000 pulau yang terbentang sepanjang garis khatulistiwa. Sebagai negara maritim, tentu saja Indonesia mempunyai potensi kekayaan laut yang luar biasa. Bahkan kita memiliki keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia, setelah Brazil. Namun sayangnya, kita belum memaksimalkan potensi bahari kita karena kurangnya dukungan pemerintah, rendahnya pengetahuan, belum tingginya semangat kewirausahaan, dan sebagainya. Komoditas ekspor utama kita masih dari sektor perminyakan, pertambangan, perkebunan, kayu, dan tekstil.
Saat ini, pengembangan potensi perairan lebih banyak difokuskan pada wisata bahari dan industri perikanan. Ikan laut sudah lama diketahui memiliki kandungan protein tinggi dan merupakan komoditas utama. Namun, selain ikan, udang, kepiting, dan lain-lain, laut kita juga sebenarnya memiliki potensi lain, seperti rumput laut, kuda laut, bulu babi atau landak laut yang seringkali dianggap tidak menguntungkan. Pandangan seperti itu terjadi karena rendahnya pengetahuan masyarakat bahkan pemerintah sendiri akan manfaat dan nilai ekonomi hewan-hewan laut tersebut.
Sebagai contoh, bulu babi atau landak laut (sea-urchin). Bulu babi (Echinoidea) merupakan hewan laut berbentuk bulat, berduri, dan hidup di lautan manapun di seluruh dunia. Warnanya ada yang hitam, hijau, coklat, ungu, dan merah. Makanan utama mereka adalah ganggang (algae). Telurnya (sea urchin roe) mengandung protein tinggi (hingga 70%), asam amino, zat besi, dan mineral, sehingga bermanfaat untuk vitalitas, mengatur metabolisme, rendah kolesterol, dan menurunkan tekanan darah.
Dengan manfaatnya yg besar, telur bulu babi menjadi bahan baku untuk industri farmasi dan industri makanan. Di kawasan Mediterania, Amerika Utara, Cili, Selandia Baru, telurnya kerap dimakan mentah bersama jeruk lemon. Di Jepang, roe dikenal dengan nama ‘uni’ dan merupakan bahan baku sushi dan sashimi. Jepang mengimpor bulu babi dari Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Selain untuk dikonsumsi, hampir semua bagian tubuh bulu babi dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi produk bermanfaat (zero waste product). Cangkangnya bisa dijadikan bahan baku kerajinan tangan atau diolah menjadi tepung sebagai bahan pakan ternak. Sedangkan usus ya dapat dijadikan pupuk organik.
Namun di Indonesia, bulu babi biasanya hanya menjadi sampah dan dibuang para nelayan dengan cara dibenamkan dalam pasir agar mereka tidak terluka kena durinya. Kehadiran bulu babi juga mengganggu pertumbuhan karang dan membahayakan penyelam sehingga harus disingkirkan.
Yuk kenalin lagi Budaya-budaya dn nilai-nilai luhur di Negeri kita. AnakDolan.
keren kang
BalasHapus